Pengaruh Attachment Terhadap Resiliensi Pada Dewasa Awal Yang Mengalami Quarter Life Crisis

Dewasa awal yang mengalami quarter life crisis ditemukan berpotensi menyebabkan stres, serangan panik, dan ragu atas kemampuan dirinya sendiri. Dalam menghadapi fase ini, resiliensi dapat menjadi faktor protektif yang melindungi seseorang dari berbagai tekanan yang dihadapi. Resiliensi dikenal sebagai kemampuan beradaptasi dan bangkit kembali di tengah situasi sulit. Penelitian terdahulu menemukan bahwa resiliensi yang dimiliki seseorang berhubungan dengan attachment. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh attachment (kelekatan) terhadap resiliensi pada dewasa awal yang mengalami quarter life crisis di Karawang. Penelitian dilakukan menggunakan desain kuantitatif dengan skala psikologi melalui alat ukur Experiences in Close Relationship-Revised-General Short Form (ECR-R-GSF) dan The Connor-Davidson Resilience Scale dengan melibatkan 104 responden dewasa awal yang mengalami quarter life crisis. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi sederhana. Hasil analisis menunjukkan nilai signifikan dari variabel attachment dan resiliensi sebesar 0.000 < 0.05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. R Square yang dihasilkan sebesar 0.214. Hal ini menunjukkan ada pengaruh attachment sebesar 21.4% terhadap resiliensi pada dewasa awal yang mengalami quarter life crisis. Dari 104 responden sebanyak 23 orang atau 22.1% pada kategori resiliensi tinggi, dan sebanyak 81 orang atau 77.9% pada kategori resiliensi rendah.
Kata kunci: Resiliensi, Attachment, Quarter life crisis.