Resiliensi Pada Lansia Yang Di Tinggal Mati Pasangan Hidupnya

Penelitian ini membahas mengenai resiliensi pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya (studi kasus pada lansia yang tinggal sendiri). Menjadi tua merupakan proses yang akan dialami setiap manusia dan tidak dapat dihindarkan. Lansia adalah seseorang yang berusia mulai dari 60 tahun keatas yang mana di usia ini merupakan periode penutup pada rentang usia manusia dan juga merupakan tahapan akhir fase kehidupan. Cepat atau lambat sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau istri namun rasa kehilangan yang dirasakan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental terutama pada lansia karena kematian dapat datang kapan saja dalam rentang kehidupan. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma. Secara umum resiliensi ditandai oleh sejumlah karakteristik, yaitu: adanya kemampuan dalam mengahadapi kesulitas, ketangguhan dalam menghadapi stres ataupun bangkit dari trauma yang dialami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang gambaran resiliensi pada lansia yang ditinggal mati pasangan hidupnya. Subjek penelitian ini berjumlah dua orang lansia, dengan penentuan subjek menggunakan teknik purposive sampling. Proses penggalian data dilakukan melalui wawancara yang mendalam dan observasi sehingga ditemukan temuan bahwa subjek 1 dan subjek 2 menunjukan faktor-faktor resiliensi. Kata Kunci : Resiliensi, Lansia.