Moral Disengagement Tokoh Agama Sebagai Narapidana Pelaku Kekerasan Seksual di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Karawang

Kekerasan seksual terhadap anak masih banyak terjadi di Indonesia. Pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah seorang tokoh agama yang dipandang memiliki nilai yang baik dan patut memberikan contoh yang baik. Penelitian ini bertujuan mengungkap bagaimana moral disengagement tokoh agama sebagai narapidana pelaku kekeasan seksual terhadap anak di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Karawang. Melalui moral disengagement, tokoh agama pelaku kekerasan seksual melakukan berbagai bentuk rasionalisasi untuk meniadakan perasaan bersalah serta sejak awal identitas moral tokoh agama yang rendah dan kurang mendalamnya pemahaman terhadap agama. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi kasus. Partisipan penelitian adalah satu narapidana sebagai pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi. Analisis data melalui tahapan mengolah dan mempersiapkan data, membaca keseluruhan data, selanjutnya coding semua data. Kredibilitas penelitian menggunakan triangulasi data dan konfirmasi dengan meminta partisipan membaca transkrip wawancara. Hasil penelitian menunjukan tokoh agama sebagai pelaku kekerasan seksual diawali dengan membentuk moral disengagement sebelum terjadinya kekerasan seksual, yaitu rendahnya identitas moral. Setelah melakukan kekerasan seksual partisipan dapat merasa bersalah namun dapat pula tetap tidak merasa bersalah karena moral disengagement. Bentuk moral disengagement yang banyak digunakan partisipan adalah atribusi menyalahkan, dehumanisasi, melakukan perbandingan perilaku, menyalahkan orang lain dan distorsi konsekuensi.

Kata Kunci: Moral disengagement, Kekerasan seksual terhadap anak, Tokoh agama.